- Tak berlebihan menyematkan gelar legenda pada Adrian Newey, arsitek mobil-mobil F1 ternama, yang sudah mengoleksi ratusan piala kemenangan. Sayangnya, tahun ini adalah tahun terakhirnya berkiprah bersama Red Bull.
Otojatim.com - Adrian Newey, Chief Technology Officer Red Bull Racing, bakal hengkang di awal 2025 mendatang. Kabar ini mengejutkan dunia balap F1, mengingat ia adalah desainer paling dihormati di Formula 1.
Bagaimana tidak, pria berusia 65 tahun itu sudah malang melintang di dunia balap F1 sejak 30 tahun lalu. Mulai dari Williams, McLaren, hingga sekarang Red Bull. Mobil-mobil hasil karyanya membawa ketiga nama itu meraih 12 gelar juara di bidang konstruksi. Tak ketinggalan 13 gelar juara untuk para pembalapnya. Bahkan mobilnya telah menjuarai lebih dari 200 Grand Prix. Sebuah sejarah besar yang belum pernah dicetak siapapun.
Newey bergabung dengan Red Bull sejak 2006. Selama 18 tahun ia menjadi kuncian dalam mendesain mobil-mobil balap juara. Newey adalah arsitek di balik mobil Formula 1 paling sukses dalam sejarah, seperti RB6, RB9, dan RB16B. Di tahun ini saja, ia turut menghantarkan Red Bull pada 20 kemenangan dari 21 balapan, di mana 18 di antaranya untuk Verstappen.
Desain terbarunya, RB19 menjadi mobil terbaik yang melintas di trek F1 dan meraih gelar juara di Amerika.
Newey adalah satu-satunya desainer aktif F1 yang punya pengalaman bekerja di era terakhir ketika mobil menggunakan terowongan venturi di awal 1980an. Ini menjadi nilai tambah yang sangat istimewa bagi Red Bull saat mengalami porpoising di tahun 2002.
Semua pemain F1 sangat ingin bekerja sama dengan Newey. Penawaran menggiurkan tentu tak pernah berhenti menghampirinya. Tiga rival Red Bull sudah lama mengincar tanda tangannya dan kapan saja siap membuka pintu untuknya. Yakni Ferrari, Aston Martin, dan Mercedes.
Ferrari bahkan berada di full position untuk memboyong Newey ke Maranello dan berpeluang membentuk tim super dengan keberadaan Lewis Hamilton di balik kemudi. Untuk tawaran ini, Newey diisukan mendapat upah $100 juta per 4 tahun.
Newey mengaku ke depannya ia ingin lebih fokus pada proyek-proyek pribadi. Meski usut punya usut dirinya keluar lantaran gerah dengan permainan politik di tubuh Red Bull.
"Saya merasa ini adalah saat yang tepat untuk menyerahkan tongkat estafet kepada orang lain dan mencari tantangan baru bagi diri saya sendiri," ucap Newey dikutip dari BBC News.
Newey juga tak lupa berterima kasih kepada tim Red Bull yang telah memberikan wadah untuknya menyalurkan ide dan keahlian.
"Secara pribadi, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para pemegang saham, almarhum Dietrich Mateschitz, Mark Mateschitz, dan Chalerm Yoovidhya atas dukungan mereka yang tak tergoyahkan selama saya berada di Red Bull dan Christian (Kepala Tim Red Bull), yang tidak hanya menjadi mitra bisnis saya, tetapi juga teman keluarga kami masing-masing,” sambungnya.
Red Bull sendiri belum mengumumkan nama yang akan menggantikan posisi Newey. Ini tentu menjadi hantaman tersendiri bagi Red Bull mengingat 2026 akan jadi tahun yang penuh misteri, karena untuk pertama kalinya mereka akan menggunakan mesin buatan sendiri. Meski begitu, Red Bull optimis tetap bisa bersaing dan menang di level tertinggi tanpa Newey.